-Surakarta dengan Cerita Cintanya-

Tak lagi berkesan jika sesuatu yang berlebihan di terapkan dalam kehidupan dengan porsi besar. Mencintai perlu adanya ukuran dalam merasakannya, seperti teh akan terasa sangat manis jika kadar kemanisanya berlebihan, dan kopi akan terasa manis jika kadar kemanisanya berlebihan. Bukan tentang rasa, jika kita melihat perumpaan di atas, akan tetapi objek yang terletak pada apa yang akan dirasakan nantinya perlu takaran yang pas dalam hal mencintai, maka perlu yang namanya takaran agar ketika kau berkontribusi di dalam hal mencintai tak ada rasa kecewa maupun senang yang berlebihan. karena, sebelum andil dalam hal mencintai sudah mempunyai takaran untuk mencintai. Dalam hal mencintai objek yang di tuju tak semua sama, maka kadar yang di buat tak semestinya sama proporsinya.

Bukan soal rasa tetapi soal objek yang memerlukan takaran yang mencukupi. Cinta mudah membawa seseorang ke dalam kesesatan yang nyata, ada juga membawanya ke dalam gubuk penyesalan serta tak kunjung sembuh dengan kesedihan yang di alaminya. Rasa yang di berikan begitu menarik tak sesuai dengan ekspetasi yang ada. Objek yang membutuhkan takaran cinta sebenarnya tak berlaku jika telah masuk kedalam kesasatan yang nyata, takaran tak lagi berlaku jika seseorang telah masuk kedalamnya dan takaran cinta dibuat bukan untuk yang telah menjalin hubungan akan tetapi teruntuk orang yang belum saling mencintai. Karena takaran cinta yaitu saling mencintai dan mengungkapkan perasaanya tidak termasuk dalam arti takaran itu sendiri, karena ketika takaran di berlakukan kepada orang yang belum sah dalam artian (blelum menikah) maka takaran yang dibuat seoalah tak berarti karena objek yang di tuju tidak seperti yang dilakukannya. Sebab, realita telah memaparkan bahwasanya takaran tak mempan dalam lingkup orang yang saling mencintai. Begitulah hidup yang harus mempunyai takaran cinta, karena hasil baik, maka akan menentramkan hidup.

penulis : Malik (HW UMS)