Ketika Hujan memanggil


Oleh : Muhamad Risqi Mei Sonjaya

Musim penghujan telah datang, ada yang merasa senang, namun ada juga yang merasa bimbang. Senang jika melihat hujan sebagai nikmat Tuhan yang telah Ia turunkan. Air hujan yang datang secara bersamaan, seolah menyapa daun-daun yang telah lama kekeringan. Tumbuhan pun menjadi segar, dan melambai-lambai dengan berbingar-bingar. Nampaknya bukan hanya tumbuhan saja yang riang, anak kecilpun dengan kepolosannya melompat-lompat girang karena hujan datang. Berlarian di tanah lapang, sambil mengajak teman-temannya bermain sepak bola sejak siang hingga petang.

Namun seketika hujan yang awalnya membawa kesenangan, berubah membawa kebimbangan dan ancaman. Pak Tani duduk lemas di saungnya sambil melihat sawahnya yang mulai terpenuhi oleh air hujan. Murung melihat air turun dengan begitu derasnya bagaikan peluru rudal yang sedang menyerang alam semesta. Begitupun Seorang ibu yang bingung mencari anak kecilnya karena tak kunjung pulang, teriakan sang ibu memanggil anaknya "Nak, kamu di mana nak?" panggil sang ibu dengan wajah gelisah. Ternyata sang anak tadi sedang asyik bermain sepak bola sembari menikmati segarnya air hujan. Seorang bapak yang sibuk memindahkan barang-barang berharganya karena air mulai meluap dan menggenangi perumahan warga. Alarm siaga 1 pun berbunyi dengan begitu keras, mengisyaratkan kepada warga untuk segera bergegas. Sepasang kakek dan nenek berjalan dengan pelan untuk beralih ke tempat yang lebih aman.

Ya!  Banjir. Nama yang sering muncul ketika hujan sudah lama mengguyur. Yang telah membangunkan warga dari istirahatnya. Yang telah masuk tanpa ijin si pemilik rumah, serta membuat basah apa saja yang ia temuinya...
Melihat pak tani, ibu, bapak, kakek, nenek dan para warga berteriak meminta tolong "Tolong, rumah saya kebanjiran..." "Tolong saya tidak bisa keluar dari rumah" rintih seorang nenek, dengan penuh harap.
Pada saat itu juga, para relawan bergerak untuk menolong warga yang sedang membutuhkan pertolongan. Meninggalakan egonya, menjauhkan hangatnya selimut dari atas tubuhnya.
Dengan penuh kesabaran, relawan bergotong royong mengevakuasi warga dari jebakan banjir. senyum ikhlasnya mengisyaratkan betapa senangnya hidup mereka dapag bermanfaat bagi orang lain. Hatinya selalu terketuk dan terpanggil jika mendengar berita musibah datang. Selalu siap sedia untuk ditugaskan, karena mengingat tugas bagi mereka adalah sebuah kehormatan....

Salam Tangguh!
Salam Kemanusiaan!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama